Mengurai Keajaiban Sedekah dan Janji Allah bagi Hamba yang Dermawan
Sedekah bukan hanya soal memberi. Ia adalah bahasa cinta antara manusia dan Tuhannya. Dalam setiap keping rupiah yang dikeluarkan, dalam setiap makanan yang dibagikan, dalam setiap perhatian yang diberikan kepada sesama, terdapat energi kebaikan yang berlipat-lipat. Sedekah bukan sekadar tindakan sosial, melainkan ibadah yang membuka pintu keberkahan di dunia dan akhirat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, melalui berbagai nasihat dan teladan, menjadikan sedekah sebagai amalan yang sangat dianjurkan. Hal itu ditegaskan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, di mana beliau bersabda:
“Harta tidak akan berkurang karena sedekah. Tidaklah seorang hamba memberi maaf kecuali Allah akan menambahkan kemuliaan baginya. Dan tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah, kecuali Allah akan meninggikan derajatnya.”
(HR. Muslim no. 2588)
Hadis ini menjadi landasan bahwa sedekah bukanlah mengurangi, tetapi justru menambah. Bukan melemahkan, tetapi menguatkan. Bukan membuat miskin, tetapi membuka pintu kekayaan yang lebih luas.
Sedekah yang Tidak Mengurangi Harta
Secara logika manusia, ketika seseorang memberi sesuatu, maka miliknya berkurang. Namun logika Allah berbeda. Apa yang hilang di tanganmu karena disedekahkan, sebenarnya sedang tumbuh di sisi-Nya. Para ulama menjelaskan bahwa keberkahan sedekah bukan hanya berupa tambahan harta secara langsung, tetapi meliputi:
1. Dijauhkan dari Musibah
Sedekah adalah pagar bagi penderma. Banyak kisah dari para salaf yang selamat dari bahaya karena kebiasaan bersedekah. Dalam riwayat lain disebutkan:
“Bersegeralah bersedekah, karena musibah tidak akan mendahului sedekah.”
(HR. Thabrani dalam Al-Awsath, dinyatakan hasan oleh Al-Albani)
Sedekah adalah penjaga yang bekerja dalam diam.
2. Dibukakan Pintu Rezeki Tak Terduga
Allah berfirman:
“Apa saja yang kamu infakkan, maka Allah akan menggantinya, dan Dialah pemberi rezeki yang terbaik.”
(QS. Saba’ : 39)
Tidak ada investasi yang lebih aman dan pasti keuntungan selain sedekah. Semakin banyak memberi, semakin besar peluang Allah membukakan pintu rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.
3. Keberkahan dalam Harta
Keberkahan tidak selalu berarti jumlahnya bertambah banyak. Terkadang keberkahan hadir berupa:
-
harta yang cukup,
-
hidup yang tenang,
-
kebutuhan yang terpenuhi tanpa berlebihan,
-
keluarga yang harmonis,
-
dan terhindarnya seseorang dari keborosan atau bencana finansial.
Sedekah menjadikan harta menjadi lebih “bernyawa dan bermakna”.
Sedekah Melahirkan Kemuliaan
Bagian kedua hadis menyebutkan:
“Tidaklah seorang hamba memberi maaf kecuali Allah akan menambahkan kemuliaan baginya.”
Ini menunjukkan bahwa sedekah tidak terbatas pada materi. Memafkan kesalahan orang lain adalah sedekah hati yang jauh lebih berat daripada sekadar memberikan harta. Memafkan bukanlah tanda kelemahan. Justru ia adalah simbol keluhuran jiwa. Allah berjanji bahwa orang yang memaafkan akan diberi kemuliaan di dunia maupun di akhirat.
1. Kemuliaan di Mata Allah
Setiap kali seseorang memilih memaafkan meski ia mampu membalas, Allah menulis namanya sebagai hamba yang terpuji. Dalam Al-Qur’an, Allah memuji orang-orang yang lapang dada:
“Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.”
(QS. Ali Imran: 134)
Mendapat cinta Allah adalah kemuliaan yang tidak dapat ditukar dengan apapun.
2. Kemuliaan di Mata Manusia
Orang yang lembut hatinya dan mudah memaafkan juga akan dihormati manusia. Sikapnya mengundang simpati. Karakternya membuat orang menghargai dan menaruh respek. Itulah kemuliaan yang dijanjikan Allah.
Allah Akan Meninggikan Derajat Orang yang Rendah Hati
Bagian terakhir hadis berbunyi:
“Dan tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah, kecuali Allah akan meninggikan derajatnya.”
Kerendahan hati bukan sikap menghinakan diri, melainkan menundukkan ego. Orang yang rendah hati:
-
tidak sombong dengan hartanya,
-
tidak angkuh dengan ilmunya,
-
tidak membanggakan kedudukannya,
-
dan selalu mengingat bahwa semua adalah titipan Allah.
Allah menjanjikan bahwa orang seperti ini akan diangkat derajatnya—baik di dunia maupun di akhirat.
1. Derajat di dunia
Orang yang rendah hati selalu disukai masyarakat. Ia diberi kepercayaan. Ia memiliki banyak penolong. Ia dihargai meski tanpa meminta penghormatan. Inilah bentuk pengangkatan derajat yang nyata.
2. Derajat di akhirat
Di sisi Allah, ia akan ditinggikan martabatnya. Dalam banyak hadis, disebutkan bahwa Allah mencintai hamba yang tawadhu’ dan membencai hamba yang sombong. Dan cinta Allah adalah kedudukan tertinggi yang bisa diraih makhluk-Nya.
Mengapa Orang Gemar Bersedekah Sangat Beruntung?
Jika seluruh pesan dalam hadis ini digabung, maka jelas bahwa orang yang gemar sedekah adalah orang yang paling beruntung karena:
1. Hartanya tidak berkurang—bahkan bertambah.
Baik berupa jumlah, keberkahan, kelapangan, maupun penjagaan dari musibah.
2. Jiwanya dimuliakan oleh Allah.
Sedekah melatih keikhlasan, memaafkan melatih kelapangan dada, dan tawadhu’ melatih kerendahan hati.
3. Derajatnya ditinggikan.
Baik di dunia karena dihormati manusia, maupun di akhirat karena dicintai Allah.
4. Sedekah menyembuhkan hati dan menjauhkan dari sifat tamak.
Orang yang mudah memberi biasanya memiliki hati yang lembut.
5. Sedekah menjadi jalan masuk surga.
Dalam banyak hadis, pintu surga akan terbuka bagi mereka yang rajin memberi di jalan Allah.
Sedekah bukan hanya ibadah yang mudah dilakukan, tetapi juga amalan yang memiliki pahala dan manfaat paling luas. Sedekah memperindah hubungan manusia dengan Allah, memperbaiki hubungan sosial, dan memberi ketenangan dalam hidup. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjamin bahwa:
-
harta tidak berkurang,
-
kemuliaan pasti bertambah,
-
derajat pasti ditinggikan,
bagi siapa saja yang mau memberi dan merendahkan dirinya karena Allah.
Maka, beruntunglah orang-orang yang gemar bersedekah. Mereka bukan hanya memberi kepada orang lain, tetapi sebenarnya sedang membangun jalan kebahagiaan bagi diri mereka sendiri—di dunia dan akhirat.
DAFTAR REFERENSI
-
Shahih Muslim, Kitab al-Birr wa ash-Shilah, Hadis No. 2588.
-
Al-Qur’an al-Karim, QS. Saba’ : 39; QS. Ali Imran : 134.
-
Al-Albani, Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah, keterangan hadis terkait sedekah menolak bala.
-
Ibnu Rajab al-Hanbali, Jaami’ al-‘Ulum wa al-Hikam, pembahasan tentang keutamaan tawadhu’ dan memaafkan.
-
Imam Nawawi, Syarah Shahih Muslim, penjelasan hadis sedekah dan keberkahan harta.