Dalam perjalanan menuntut ilmu, manusia sering kali diuji oleh keinginan untuk mendapatkan pengakuan. Ada yang ingin dipuji karena kepandaiannya, ada yang ingin dianggap paling benar, dan ada pula yang ingin ilmu yang disampaikannya menjadi pembenaran bagi egonya. Padahal hakikat ilmu bukan untuk meninggikan diri—melainkan untuk meninggikan nama Allah.
Syekh Abu Hasan asy-Syadzili — seorang tokoh besar dalam tradisi tasawuf — memberikan nasihat yang begitu tajam namun lembut bagi para penuntut ilmu:
“Jangan sebarluaskan ilmumu agar orang-orang membenarkanmu, melainkan sebarluaskanlah ilmumu agar Allah membenarkanmu.”
Ungkapan ini menjadi pengingat bahwa ilmu adalah amanah. Ketika ilmu digunakan sebagai sarana mencari popularitas, pujian, atau pengakuan, maka nilai keikhlasan itu pudar. Namun ketika ilmu disampaikan demi mencari ridha Allah, ia berubah menjadi cahaya.
Ilmu yang ikhlas akan bekerja dengan sendirinya, bahkan tanpa sorotan. Ia menghidupkan jiwa, memperbaiki adab, menundukkan kesombongan, serta mengarahkan manusia pada akhlak yang lebih mulia. Ilmu seperti ini tidak membutuhkan legitimasi manusia, sebab Allah sendirilah yang akan meneguhkan dan meninggikannya.
Pada akhirnya, tugas seorang penuntut ilmu adalah menjaga hatinya tetap bersih dari keinginan dipuji. Sebab ilmu sejati bukan sekadar kumpulan informasi, tetapi nur—cahaya yang diberikan Allah kepada hamba yang bersungguh-sungguh mencari-Nya.
Sumber Referensi
-
Al-Hikam karya Ibnu Athaillah as-Sakandari — cetakan Dar Al-Minhaj atau Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah.
(Sebagai rujukan umum tentang keikhlasan dan adab ilmu dalam tradisi tasawuf.) -
Ensiklopedi Tasawuf – karya Abu Bakar Aceh, Pustaka Panjimas.
(Membahas biografi dan ajaran tokoh-tokoh tasawuf termasuk Abu Hasan asy-Syadzili.) -
Ajaran dan Hikmah Abu Hasan asy-Syadzili dalam literatur tasawuf klasik.
Catatan: Ungkapan hikmah tersebut disandarkan pada Syekh Abu Hasan asy-Syadzili dalam berbagai kumpulan hikmah sufistik dan majelis dzikir tarekat Syadziliyah. -
Adab Penuntut Ilmu dalam Mukhtashar Minhaj al-Qashidin karya Ibn Qudamah al-Maqdisi.
(Menjelaskan pentingnya keikhlasan dalam menuntut dan menyebarkan ilmu.)