Seputar Cirebon, Presiden Prabowo Subianto kembali menjadi perhatian publik usai memperlihatkan adab dan penghormatan kepada Sri Sultan Hamengkubuwono X saat menghadiri rangkaian peresmian infrastruktur di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pada Rabu (9/11/2025). Dalam agenda tersebut, Prabowo meresmikan pembangunan dua jembatan, dua underpass, dan satu flyover sebagai bagian dari percepatan konektivitas wilayah selatan Yogyakarta.
Namun yang paling menarik perhatian bukan hanya besarnya proyek yang diresmikan, melainkan momen kebersamaan Prabowo dan Sri Sultan HB X. Banyak pasang mata menyoroti bagaimana Presiden menunjukkan sikap hormat kepada Raja Yogyakarta itu, terutama ketika keduanya turun dari mobil dinas Maung RI 1.
Kunjungan kerja ini menjadi sorotan sejak kemunculan video yang menunjukkan Prabowo dan Sri Sultan HB X berada dalam mobil yang sama. Maung RI 1, kendaraan dinas presiden yang biasanya hanya ditumpangi oleh kepala negara, kali ini diisi oleh dua figur penting: Presiden Republik Indonesia dan Raja Yogyakarta yang dihormati secara adat maupun negara.
Momen tersebut dinilai tak biasa, sebab protokoler kepresidenan umumnya sangat ketat atas siapa yang dapat berada dalam satu kendaraan dengan presiden. Namun Prabowo dianggap sengaja memberikan penghormatan kepada Sri Sultan dengan mengajak beliau naik bersama menuju lokasi acara peresmian.
Keakraban keduanya tampak jelas. Dari dalam mobil, lambaian tangan Prabowo dan senyum hangat Sri Sultan merekam suasana formal namun penuh kehormatan. Para warga di sepanjang jalan yang dilintasi rombongan tampak antusias memotret dan menyapa.
Tiba di lokasi acara, rombongan Maung RI 1 berhenti dengan perlahan. Di sisi kiri mobil, pintu dibukakan dengan sigap oleh Paspampres, dan Sri Sultan HB X terlihat turun terlebih dahulu. Ia tersenyum menyapa warga dan undangan yang telah menunggu.
Di sisi lainnya, Presiden Prabowo juga hendak turun. Paspampres kembali membuka pintu khusus presiden. Namun yang membuat heboh adalah momen beberapa detik setelah itu. Presiden Prabowo terlihat menengok ke kiri dan ke kanan, seakan mencari seseorang.
RI 1 tampak seperti memastikan keberadaan Sri Sultan—sebuah gestur yang tidak biasa ditunjukkan oleh seorang kepala negara yang biasanya selalu dikawal dengan sangat teratur oleh protokol.
Beberapa kamera jurnalis menangkap adegan ketika Presiden Prabowo sempat celingukan atau melirik ke segala arah setelah turun dari mobil. Ekspresi wajahnya tampak seperti sedang mencari seseorang yang seharusnya berada dekat dengannya.
Ia kemudian tampak bertanya kepada Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Doddy Hanggodo, yang kebetulan berdiri tidak jauh darinya. Dalam rekaman video yang tersebar di media sosial, tampak Prabowo mengatakan sesuatu sambil memandang sekeliling. Jarak suara yang terlalu jauh membuat percakapan tidak terdengar, tetapi gestur Prabowo menunjukkan tanda kebingungan ringan.
Menteri Doddy kemudian mengangkat tangan dan memberi isyarat bahwa Sri Sultan HB X sudah berada tepat di sisi sang presiden. Setelah melihat arah yang ditunjuk Menteri Doddy, Prabowo tampak tersenyum dan langsung bergerak mendekati Sri Sultan.
Sorotan kamera kemudian menangkap momen keduanya berjalan berdampingan menuju panggung utama peresmian. Interaksi kecil ini menjadi bahan pembicaraan hangat di berbagai platform.
Tak sedikit warganet dan pengamat budaya menilai bahwa tindakan Prabowo mencerminkan sebuah bentuk penghormatan (unggah-ungguh) yang sejalan dengan nilai-nilai budaya Jawa. Di Yogyakarta, posisi Sultan bukan hanya simbol adat, melainkan juga pemimpin daerah yang memiliki kedudukan istimewa dalam struktur pemerintahan.
Prabowo yang memiliki latar militer dan dikenal sebagai sosok tegas, dianggap menunjukkan sikap rendah hati dengan memastikan bahwa Sultan berada di sisinya sebelum bergerak ke lokasi acara.
Beberapa komentar warganet bahkan menyebut bahwa momen tersebut mencerminkan tepa selira—kesadaran menghargai orang lain dengan memperhatikan keberadaannya. Hal ini dinilai sangat penting, terutama ketika Prabowo kini berada di puncak kekuasaan sebagai Presiden Republik Indonesia.
Dalam acara ini, Presiden Prabowo meresmikan pembangunan dua jembatan, dua underpass, dan satu flyover yang dibangun untuk memperlancar arus transportasi, mengurangi kemacetan, serta meningkatkan akses ekonomi di wilayah Bantul dan sekitarnya.
Pembangunan infrastruktur ini merupakan bagian dari program nasional yang menyasar daerah-daerah yang selama ini kurang tersentuh modernisasi. Yogyakarta selatan dikenal memiliki kepadatan lalu lintas di berbagai jalur penghubung, terutama karena pertumbuhan pariwisata dan aktivitas pelajar yang cukup tinggi.
Dalam sambutannya, Prabowo menyampaikan bahwa pembangunan infrastruktur ini diharapkan dapat menjadi fondasi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
“Yogyakarta adalah daerah istimewa yang memiliki arti mendalam bagi Indonesia. Kita ingin memastikan bahwa konektivitas dan mobilitas masyarakat Jogja semakin baik, nyaman, dan aman,” ujar Prabowo.
Sri Sultan HB X dalam sambutannya turut menyampaikan apresiasi kepada pemerintah pusat atas perhatian besar yang diberikan kepada DIY.
“Kami berharap infrastruktur ini dapat meningkatkan pemerataan ekonomi dan mendukung aktivitas masyarakat sehari-hari,” tutur Sultan.
Momen Prabowo mencari Sultan sebelum berjalan bersama menuju panggung menjadi simbol penting dalam diplomasi budaya antara kepala negara dan pemimpin adat. Banyak pihak menyebut bahwa tindakan tersebut mencerminkan tata krama khas Jawa: mendahulukan yang dituakan dan menempatkan diri sesuai konteks budaya setempat.
Bahkan di level protokoler, kesadaran seorang presiden untuk memastikan kebersamaan dengan Sultan adalah bentuk penghargaan terhadap tata nilai yang sudah hidup ratusan tahun.
Para pengamat menilai bahwa Prabowo ingin menunjukkan hubungan harmonis antara pemerintah pusat dan Kasultanan Yogyakarta—sebuah relasi yang sejak lama menjadi pilar kestabilan politik di tanah Jawa.
Peresmian infrastruktur di Bantul bukan hanya menjadi momen kerja pemerintahan, tetapi juga memperlihatkan bagaimana seorang presiden menempatkan dirinya dalam konteks budaya dan kehormatan.
Dari naik mobil bersama Sultan, Paspampres membukakan pintu untuk keduanya, hingga momen Prabowo celingukan mencari kehadiran HB X, semuanya menjadi narasi bahwa adab dan tata krama tetap hidup dalam kepemimpinan Indonesia.
Di tengah sorotan publik terhadap gaya kepemimpinan Prabowo yang tegas dan keras, momen ini justru menunjukkan sisi lain: sisi hormat, sisi lembut, dan sisi manusiawi dari seorang kepala negara yang paham bagaimana memuliakan tamu kehormatan.