
Seputar Cirebon – Di tengah badai skandal naturalisasi ilegal, Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) kembali jadi sorotan. Bukan hanya karena hukuman dari FIFA, tapi karena laman resminya diduga diretas. Pesan yang ditinggalkan hacker bukan sekadar ancaman teknis—melainkan sindiran pedas yang mengguncang reputasi.
Peretasan ini terjadi 6 Oktober 2025, setelah FIFA menjatuhkan sanksi kepada FAM atas naturalisasi tujuh pemain asing tanpa prosedur sah. Nama-nama seperti Imanol Machuca dan Joao Figueiredo jadi bagian dari skema yang disebut “bodong.” Di tengah kekacauan, muncul pesan mengejutkan di situs FAM: “Kenapa kalian bodoh sekali! Kalian main bola buat ID palsu bodoh! Apa pula mau melibatkan Indonesia? FIFA menghukum FAM, bukan PSSI!”
Sindiran ini diduga mengarah pada Tunku Ismail, pemilik klub Johor Darul Ta’zim, yang sebelumnya menyindir PSSI dan bahkan Presiden RI di media sosial. Ia mempertanyakan pertemuan antara Presiden Prabowo dan Presiden FIFA Gianni Infantino, seolah menuding Indonesia ikut campur. Namun, hacker membalik narasi: menegaskan bahwa sanksi FIFA hanya ditujukan pada FAM, bukan Indonesia.
Kini, laman FAM masih dalam kendali peretas, dengan ancaman penghapusan data jika tak membayar tebusan. Di balik layar digital, konflik ini membuka pertanyaan besar: apakah sepak bola di Asia Tenggara sedang kehilangan arah, atau justru sedang dibersihkan dari praktik-praktik gelap? Yang jelas, publik tak lagi diam.