Seputar Cirebon – Di balik gemerlap pesta pernikahan yang seharusnya menjadi momen paling membahagiakan dalam hidup, tersimpan kisah pilu dari sejumlah calon pengantin yang mempercayakan hari istimewa mereka kepada seorang wedding organizer bernama Ayu Puspita. Alih-alih mewujudkan impian pernikahan, uang yang mereka titipkan justru diduga digunakan untuk kepentingan pribadi: liburan ke luar negeri dan membayar cicilan KPR.
Bagi pasangan muda yang tengah menabung bertahun-tahun demi hari sakral, kabar ini terasa seperti mimpi buruk. Ada yang sudah menyiapkan gaun, undangan, bahkan menyusun daftar tamu, namun semua rencana buyar karena dana yang seharusnya dipakai untuk dekorasi, katering, dan dokumentasi tak lagi tersedia.
Salah satu calon pengantin menceritakan bagaimana ia harus menahan air mata ketika menyadari pesta yang sudah lama dinanti terancam batal. “Kami sudah bekerja keras, menabung sedikit demi sedikit. Rasanya seperti dikhianati,” ungkapnya dengan suara bergetar.
Kasus ini bukan sekadar soal uang, melainkan soal kepercayaan. Wedding organizer bukan hanya penyedia jasa, melainkan sahabat perjalanan yang dipercaya menjaga momen paling berharga. Ketika kepercayaan itu dikhianati, luka yang ditinggalkan jauh lebih dalam daripada kerugian materi.
Di sisi lain, masyarakat pun ikut geram. Banyak yang menilai tindakan Ayu Puspita mencoreng reputasi industri wedding organizer, yang selama ini menjadi penopang kebahagiaan banyak pasangan. Tak sedikit yang kini lebih berhati-hati, menuntut transparansi, kontrak tertulis, dan laporan keuangan yang jelas sebelum menyerahkan dana dalam jumlah besar.
Kasus ini menjadi cermin betapa rapuhnya harapan ketika kejujuran dikorbankan. Bagi para korban, perjuangan mereka bukan hanya soal menuntut keadilan, tetapi juga mengembalikan mimpi yang sempat hancur.