
Foto : Shutterstock
Journal ini membahas bagaimana perkembangan fisik remaja, terutama saat mereka mengalami pubertas, dapat mempengaruhi pengalaman mereka dengan bullying atau victimisasi, khususnya yang berkaitan dengan penampilan. Pubertas adalah masa di mana tubuh remaja mengalami banyak perubahan, seperti pertumbuhan tinggi badan, perubahan suara, dan perkembangan fisik lainnya. Namun, tidak semua remaja mengalami perubahan ini pada waktu yang sama. Ada yang lebih cepat, ada juga yang lebih lambat, dan inilah yang disebut sebagai pubertal asynchrony.
Penelitian ini melibatkan 373 remaja dengan rata-rata usia sekitar 13 tahun. Para peneliti ingin mengetahui apakah ketidaksesuaian dalam perkembangan fisik ini membuat remaja lebih rentan terhadap bullying, terutama yang berkaitan dengan penampilan mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja yang mengalami pubertal asynchrony cenderung lebih sering menjadi korban bullying terkait penampilan, terutama di kalangan perempuan. Misalnya, seorang gadis yang mengalami perkembangan fisik lebih lambat dibandingkan teman-teman sebayanya mungkin merasa kurang percaya diri dan lebih mudah menjadi sasaran ejekan atau bullying.
Menariknya, meskipun ada perbedaan dalam tingkat victimisasi berdasarkan jenis kelamin, penelitian ini menemukan bahwa tidak ada perbedaan signifikan dalam hubungan antara pubertal asynchrony dan victimisasi berdasarkan status perkembangan pubertas. Artinya, baik remaja yang sudah mengalami pubertas maupun yang belum, keduanya bisa mengalami bullying jika mereka mengalami ketidaksesuaian dalam perkembangan fisik.
Selain itu, analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa remaja yang mengalami pubertal asynchrony juga lebih mungkin mengalami bullying yang berkaitan dengan tinggi badan, tetapi ini hanya terlihat pada laki-laki. Misalnya, seorang remaja laki-laki yang lebih pendek dari teman-teman sebayanya mungkin lebih sering menjadi sasaran ejekan tentang tinggi badannya.
Temuan ini sangat penting karena menunjukkan bahwa ketidaksesuaian dalam perkembangan fisik dapat membuat remaja lebih rentan terhadap bullying. Oleh karena itu, ada kebutuhan mendesak untuk melakukan intervensi yang tepat untuk membantu remaja menghadapi masalah ini. Sekolah dan orang tua perlu lebih peka terhadap masalah ini dan memberikan dukungan kepada remaja yang mungkin merasa tertekan atau tidak percaya diri akibat perubahan fisik yang mereka alami. Dengan cara ini, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dan mendukung bagi semua remaja, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan baik tanpa merasa tertekan oleh bullying