
Aku mencintaimu seperti hujan mencintai tanah yang tak pernah membalas:
jatuh berkali-kali, reda, lalu datang lagi — tanpa pernah ditunggu.
Kau berjalan di jalan lain,
sementara aku menunggu di simpang yang tak pernah jadi pertemuan.
Tapi aku tak marah pada takdir,
ia hanya lupa menuliskan kita dalam halaman yang sama.
Aku tetap melangkah, meski sendirian,
karena cinta yang tak dipilih tetap bisa tumbuh —
dalam diam, dalam luka, dalam keikhlasan yang tak bersuara.